TANGERANG – Pasca pandemi Covid-19, tidak semua segmen di industri properti bisa bergerak cepat mencapai pemulihan (recovery). Sebut saja subsektor perkantoran, pusat perbelanjaan dan area komersial yang hingga kini masih terganggu ritme bisnisnya. Tetapi berbeda halnya dengan subsektor komersial, subsektor hunian (residensial) justru bergerak cepat menuju pemulihan. Meski pun di tahun politik.
Apalagi, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) telah memperkirakan jika pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 akan mencapai sebesar 5,0% (year on year) atau sama dengan proyeksi tahun 2023. Itu berarti, peluang ekonomi nasional bertumbuh tetap akan terjadi pada tahun politik, karena pemilihan umum dan pemilihan presiden merupakan kondisi berpola musiman.
Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia, Ferry Salanto menegaskan sejauh ini proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional di 2024 yang merupakan tahun politik masih berada di kisaran sekitar 5% atau tidak ada indikasi menurun. Meski begitu, diakuinya bahwa bisnis properti itu memiliki siklus yakni seperti sebuah jam yang bergerak ke atas. Selama tiga tahun terakhir pergerakan jam terhambat karena ada pandemi, tetapi saat ini untuk subsektor hunian sudah berada pada jarum jam di angka 7, dan siap bergerak ke atas.
“Untuk subsektor hunian memang sudah berada di jam 7, dan trennya terus bergerak ke atas. Terutama proyek-proyek hunian yang sudah berprogres konstruksinya, akan lebih bagus penjualannya. Jadi sangat siap menyambut pasar,” ujar Ferry pada acara Elevee Media Talk bertajuk “Bagaimana Pasar properti di Tahun Politik?” yang digelar di Alam Sutera, Tangerang, Senin (16/10).
Lebih lanjut, dia menyebutkan setelah tertahan pandemi, sektor properti sejak awal 2023 mulai bergerak dan perlahan naik. Tetapi diakui, masih banyak developer yang menahan pengembangan proyek baru terutama proyek apartemen. Kondisi tersebut berbeda dari 5,7 tahun lalu, saat pembangunan apartemen cukup masif.
Terkait potensi pasar apartemen, dikatakan karakteristik peminatnya sudah berubah. Saat ini, investor yang karakternya mencari yield jumlahnya terus berkurang. Jika sebelum pandemi mayoritas pembeli apartemen adalah investor, namun di semester I-2023 pasarnya sudah jauh berbeda.
“Dari data yang kita punya terlihat pada kuartal II-2023 peminat apartemen justru didominasi oleh end user (pengguna akhir) mencapai 54%. Mereka membeli setelah melihat progres proyeknya, atau ketika produk sudah jadi, karena ini lebih confident,” tegasnya.
Segmen end user ini, menurut Ferry, membeli karena ada keperluan untuk dihuni, dan percaya kalau sudah saatnya time to buy.
Fakta tersebut juga diperkuat data OJK (Otoritas Jasa Keuangan), pada akhir tahun lalu yang menyebutkan bahwa saving dana masyarakat di bank terus meningkat dan cukup besar. Hal itu menjadi peluang termasuk bagi pengembang apartemen.
“Bagaimana developer bisa mengedukasi mereka untuk mau berinvestasi di properti, meyakinkan mereka untuk memindahkan dananya ke apartemen sebagai investasi yang menguntungkan,” jelas Ferry.
***
Itu dia artikel mengenai Ditopang End User, Penjualan Properti Tetap Seksi di Tahun Politik. Semoga informasinya bermanfaat, Sobat Graha. Temukan ulasan menarik terkait kabar properti lainnya hanya di Berita grahapermatagroup.com.
Sumber: Industri Properti